Mitos tentang Pelumasan

Jangan percaya dengan semua yang anda dengar tentang pemilihan pelumas yang tepat bagi pekerjaan anda.
Mitos-mitos ini menyebabkan terbuangnya biaya, pemborosan tenaga kerja dan lamanya waktu perbaikan mesin. Berikut ini beberapa contoh mitos yang mengakibatkan salah persepsi dan salah informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelumas dan juga kenyataan-kenyataan yang mendasarinya.
1. Mitos : Pelumas/Grease yang murah berarti ekonomis
Fakta : Pelumas/Grease yang murah akan mempercepat kerusakan mesin, meningkatnya biaya tenaga kerja dan menurunkan produksi.
Pelumas/Grease murah sering dibuat dari bahan mentah bermutu rendah dan mungkin diproduksi dengan tingkat pengawasan mutu yang rendah pula. Hal ini akan bisa berakibat terjadinya kerusakan mesin yang akhirnya menyebabkan biaya perbaikan yang mahal. Akan berbeda dengan apabila anda menggunakan Pelumas/Grease bermutu tinggi, biasanya daya kerja mesin meningkat, waktu perbaikan berkurang dan memperpanjang usia mesin. Hasil penghematan biaya itu mungkin akan melebihi dari harga Pelumas/Grease mutu tinggi.
Pilihlah merek Pelumas/Grease berdasarkan mutu dan tingkat keberhasilannya di lapangan. Pendaftaran ISO 9000 oleh produsen pelumas merupakan salah satu petunjuk ke arah perbaikan mutu yang terus-menerus yang dilakukan oleh produsen. Selain itu produsen produk bermutu sering memberikan pelayanan dan data-data teknis, kondisi stock, informasi tentang dampak lingkungan dsb. dimana pelayanan seperti ini akan sangat membantu konsumen.
2. Mitos : Menambah pelumas/grease tidak akan merusak mesin
Fakta : Pemberian pelumas/grease yang berlebihan akan merusak mesin.
Apabila pelumas/grease ditambah secara berlebihan, akan menimbulkan tekanan diantara rumah laher, terutama rumah laher yang tertutup rapat. Tekanan yang berlebihan akan mempercepat proses grease “rusak” atau terpisahnya oli dengan bahan pengental  (thickener). Jika oli yang terpisah tersebut mengalir keluar, maka laher-laher mesin hanya dilumasi oleh thickener yang berakibat terjadinya gesekan-gesekan mesin sehingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Mitos : Pelumas untuk tekanan tinggi harus memiliki kekentalan yang tinggi pula.
Fakta : Tambahan bahan padat dapat menggantikan bahan yang memiliki kekentalan tinggi.
Minyak pelumas yang mengandung bahan padat dapat digunakan untuk tekanan tinggi dan kecepatan tinggi. Beberapa pelumas sintetis yang berkualitas mampu menahan beban berat dan kecepatan tinggi, dimana pelumas yang lebih pekat (kekentalan tinggi) tidak bisa memberikan kemampuan yang sama.
4. Mitos : Lingkungan kerja yang berat menyebabkan seringnya pelumasan dan penggantian spare part.
Fakta : Pelumasan yang tepat untuk kondisi perkerjaan yang berat dapat memperpanjang masa perawatan dan mengurangi penggantian spare part.
Beberapa ahli menganggap bahwa penggantian spare part mesin sudah menjadi kenyataan hidup, khususnya dalam lingkungan kerja yang berat. Sesungguhnya bahwa penggantian spare part yang sering dilakukan dapat diatasi dengan pelumasan yang tepat. Ada beberapa macam pelumas yang memang diformulasikan untuk bisa tahan gesekan, debu, kelembaban, kekeringan ataupun karat.
5. Mitos : Pelumas yang efektif harus selalu dalam keadaan cair seperti oli atau setengah pada seperti grease/gemuk.
Fakta : Pelumas kering, bisa digunakan secara efektif untuk jangka panjang dan berdaya kerja tinggi.
Pelumas kering yang mengandung zat padat seperti Molybdenum Disulfide atau Graphite adalah pelumas yang memiliki daya kerja tinggi. Lapisan tipis pelumas kering ini mampu menggantikan pelumas basah untuk berbagai lingkungan. Lapisan-lapisan ini akan cepat mengering membentuk lapisan pelumas padat yang melekat tanpa menetes ataupun mengalir keluar dan tetap berada pada tempatnya walaupun dalam keadaan beban yang sangat berat.
6. Mitos : Pelumas/Grease yang tahan suhu tinggi adalah pilihan terbaik untuk segala macam pemakaian, karena pelumas tersebut mampu tahan berbagai macam temperatur.
Fakta : Pelumas/Grease untuk temperatur tinggi biasanya bukanlah pilihan terbaik untuk suhu sedang sampai rendah.
Pelumas/Grease untuk suhu rendah lebih stabil pada suhu rendah, karena itu tanpa pelumasan yang tepat, suhu yang rendah akan mengentalkan pelumas/grease, meningkatkan momen putar pada bearing, menghabiskan banyak tenaga, menurunkan kemampuan kerja, dan bisa menyebabkan kerusakan awal.
7. Mitos : Pelumas mineral bisa bekerja secara efektif  dan terus-menerus diatas suhu 280 F (138 C)
Fakta : Pelumas mineral di atas suhu 250 F (121 C) akan makin tidak stabil.
Pada suhu seperti ini pelumas mineral akan mulai rusak. Kerusakan ini mengakibatkan hilangnya kemampuan kerja. Pelumas jenis silikon dan sintetis non silikon akan lebih mampu memberikan pelumasan pada suhu yang sangat tinggi maupun sangat rendah.
8. Mitos : Makin tinggi dropping point sebuah grease, makin tinggi suhu kerjanya.
Fakta : Definisi dropping point dari National Lubricating Grease Institute (NLGI) tidak memasukan hubungan dropping point dengan suhu kerja sebuah grease.
Titik pisah (dropping point) sebuah grease sering secara keliru digunakan untuk menunjukkan batas kerja maksimal sebuah produk grease.  Titik pisah sebuah grease berdasarkan atas pemisahan zat cair (oli) dari zat pengental (thickener) pada suhu tinggi. Hal ini bukanlah ukuran yang tepat untuk menilai kemampuan kerja grease pada suhu tinggi. Angka ini mempunyai hubungan yang terbatas terhadap titik “leleh” grease atau batas fungsi pelumasan.
9. Mitos: Hanya pelumas cair yang bisa digunakan pada mesin yang bekerja dengan kecepatan tinggi.
Fakta : Kecepatan yang mendekati 1 juta Dn bisa dicapai oleh Grease/Gemuk.
Oli cair sudah digunakan secara tradisionil untuk melumasi bearing kecepatan tinggi. Namun sekarang beberapa grease/gemuk baru dengan kemampuan kerja tinggi betul-betul dapat berfungsi dengan baik ketika di uji pada bearing kecepatan tinggi, bahkan dikombinasi dengan suhu tinggi dan beban berat.
10. Mitos : Lebih banyak unsur Molybdenum Disulfide dalam grease/gemuk akan lebih baik.
Fakta : Molybdenum Disulfide yang berlebihan bisa mengurangi kemampuan grease untuk menahan pemisahan unsur-unsur grease tersebut.
Banyak orang menilai kualiatas grease/gemuk hanya berdasarkan berapa banyak molybdenum disulfide yand dikandung grease tersebut. Padahal jika sebuah grease terlalu banyak mengandung molybdenum disulfide, maka unsur tersebut akan menggantikan bahan pengental (thickener) yang diperlukan untuk menahan oli. Kemudian jika terlalu sedikit thickener akan berakibat oli mudah terpisah, yang menyebabkan grease akan rusak dan berakhir dengan sedikit memberikan pelumasan atau bahkan tidak ada pelumasan sama sekali. Penelitian menunjukan 1% sampai 5% molybdenum disulfide (zat padat) adalah jumlah maksimal untuk sebuah formulasi grease/gemuk.